Shuushoku Katsudou – Aktivitas mencari pekerjaan

Peringatan: Jangan tanya saya soal cari kerja di Jepang dari Indonesia, karena saya juga tidak tahu info tersebut.

Suasana sebuah setsumeikai.

就職活動 (baca: Shuushoku Katsudou) secara harfiah berarti aktivitas kerja (Shuushoku: kerja, katsudou: aktivitas), arti sesungguhnya adalah aktivitas mencari pekerjaan atau dalam bahasa Inggrisnya job hunting. Sebutan kata Shuushoku Katsudou juga kadang kala disingkat menjadi Shuukatsu. Postingan kali ini hanya menyinggung Shuushoku Katsudou dari sisi pandangan lulusan universitas, karena kebetulan aku juga pernah melakukannya. Orang Jepang yang ingin bekerja setelah lulus sekolah biasanya melakukan Shuushoku Katsudou sebelum mereka lulus sekolah, baik itu lulus SMU ataupun lulus dari perguruan tinggi, sehingga ketika mereka lulus tidak ada istilah mengganggur dalam waktu lama menunggu mendapatkan kepastian kerja. Malah sekitar 2 minggu antara waktu setelah kelulusan dan masuk kerja pertama kali, ada istilah 卒業旅行 – Sotsugyou ryoukou (jalan-jalan setelah lulus) untuk refreshing sebelum memulai aktivitas sebagai shakaijin (istilah untuk masyarakat umum).

Biasanya, satu tahun sebelum kelulusan (mahasiswa S1 pada awal tahun ke 4, atau mahasiswa S2 pada awal tahun kedua) merupakan awal Shuushoku Katsudou. Para mahasiswa mulai mendapatkan undangan untuk mengikuti setsumeikai (semacam seminar pengenalan profil perusahaan) lewat sekolah, senpai (senior yang sudah lulus) atau link lainnya seperti jalur internet (daftar lewat situs pencari kerja seperti misalnya situs yang paling ngetop saat ini rikunabi). Dalam setsumeikai, para calon lulusan mendapat info tentang perusahaan dan bisnis yang sedang dijalaninya. Karena setsumeikai ini merupakan acara resmi pertemuan pertama antara calon pelamar dan wakil perusahaan, biasanya para pelamar diwajibkan memakai atribut jas lengkap (suit) bagi pria dan baju formal sejenis bagi wanita. Jika merasa cocok dan tertarik untuk meniti karir bersama perusahaan tersebut, langkah berikutnya mulai ditempuh dengan cara mengirimkan entry sheet.

Contoh entry sheet umum dari universitas. Klik untuk perbesar.

Walaupun agak berbeda, tapi mungkin entry sheet bisa disetarakan dengan surat lamaran kerja plus CV dalam istilah mencari pekerjaan di Indonesia. Perbedaannya adalah entry sheet memiliki format tersendiri yang sudah baku, berbeda dengan surat lamaran di Indonesia ataupun dibeberapa negara lain yang memiliki format bebas. Malah banyak perusahaan sudah menyediakan format entry sheet tersendiri untuk diisi oleh para pelamar yang tertarik untuk masuk perusahaan yang bersangkutan. Tentu saja format baku disini tergantung cara pandang per perusahaan dalam mengadakan wawancara pekerjaan, karena isi interview biasanya mengacu pada isi entry sheet yang ditulis oleh pelamar. Perusahaan-perusahaan menengah kebawah biasanya tidak memiliki entry sheet sendiri melainkan menggunakan entry sheet umum yang dijual bebas di toko atau kadang ada yang meminta entry sheet baku dari universitas sang pelamar dengan cap logo universitas. Kendala bagi pelamar non Jepang mungkin masalah penulisan isi entry sheet, karena salah satu format baku pengisian entry sheet adalah ditulis tangan dengan pulpen tinta hitam, tidak boleh dengan pensil ataupun pulpen warna lain. Tulis tangan berarti harus mampu menulis dengan kana dan kanji tanpa ada satupun kesalahan tulis (coretan ataupun tip-ex berarti si pelamar dianggap tidak cermat). Mengisi entry sheet benar-benar membutuhkan ketelitian tinggi, karena biasanya para pewawancara melihat apakah kolom isian diisi hingga penuh atau tidak oleh sang pelamar. Paling tidak, sebisa mungkin diusahakan agar kolom isian ditulis penuh hingga titik diujung kolom.

Isi entry sheet pertamaku saat pertama kali melamar kerja. Perhatikan masih banyak kolom kosong yang harus diisi hingga kolom penuh.

Kalau pihak wakil perusahaan tertarik merekrut sang pelamar, langkah selanjutnya adalah SPI (Synthetic Personality Inventory) test, semacam tes kemampuan dasar atau seperti GRE untuk masuk perusahaan. Tidak semua perusahaan yang melakukan SPI test, akan tetapi hampir seluruh perusahaan besar melakukannya, baik dilakukan sendiri, lewat recruitment agent atau ujian langsung lewat internet. Isi SPI test beragam, namun kebanyakan isi soalnya tak jauh dari matematika, logika, bahasa Jepang, bahasa Inggris (plus science atau social study, tergantung jenis pekerjaan yang dilamar). Bagi yang tidak mengikuti SPI test, para pelamar langsung menjalani interview pekerjaan. Bagi yang melamar ke perusahaan yang memiliki aturan SPI test, tentu saja sang pelamar harus lulus nilai minimal SPI test, baru kemudian masuk ke tahapan 面接 – mensetsu (wawancara).

Kukira aktivitas wawancara pekerjaan dimanapun tak jauh berbeda. Isi wawancara biasanya tak jauh dari tanya jawab antara pihak perusahaan dan pelamar kerja, hanya saja penekanan wawancara kerja di Jepang lebih ke eksplorasi tulisan dalam entry sheet yang telah dikirim oleh sang pelamar sebelumnya. Misalnya saja 学歴 – gakureki (riwayat pendidikan), 職歴 – shokureki (riwayat pekerjaan), 職歴 – shibou douki (alasan melamar ke perusahaan tersebut), 得意科目/得意分野 – tokui kamoku/tokui bunya (kemampuan khusus), 長所/短所 – chousho/tansho (strong point/weak point), hingga 趣味 – shumi (hobi). Bagi pelamar yang pernah melakukan kerja part-time (arubaito), hal ini bisa menjadi nilai tambah dalam hal pernah mengalami langsung aktivitas kerja. Masalah gaji, pajak penghasilan hingga bonus juga dibahas dalam wawancara (walaupun untuk pelamar yang baru lulus sekolah, biasanya sudah harus pasrah dengan standar gaji yang ada). Ada kemungkinan wawancara kerja dilakukan bukan hanya sekali, melainkan dua atau tiga kali dengan pihak wakil perusahaan yang berbeda.

Kadang ada perusahaan yang menyediakan jalur “khusus” yang dinamakan 推薦 – suisen (rekomendasi) dari pihak perguruan tinggi atau dari professor, walaupun tidak banyak. Dengan rekomendasi, sang pelamar bisa menggunakan jalan tol lebih cepat untuk medapatkan pekerjaan. Tentu saja rekomendasi ini hanya berlaku untuk mahasiswa dengan nilai bagus.

Buku trik cara penulisan entry sheet dan buku latihan soal SPI test

Setelah wawancara, barulah sang pelamar menunggu apakah hasil shuushoku katsudou nya berhasil dengan sukses atau gagal. Jika sukses, omedetou gozaimasu! Jika gagal, silahkan coba lagi mumpung masih ada waktu sebelum lulus. Jika anda merasa ada yang kurang dalam menulis entry sheet atau pada saat SPI test atau pada saat interview, anda bisa coba baca-baca buku cara sukses mendapatkan pekerjaan yang beredar luas di toko buku :mrgreen: Buku-buku ini berisi trik-trik untuk menulis entry sheet, contoh soal SPI test hingga cara efektif menjawab pertanyaan saat wawancara.

NB.
Krisis ekonomi akhir-akhir ini juga melanda Jepang sehingga banyak perusahaan tutup dan karyawan banyak yang terkena PHK. Bagi yang tak bisa berwirausaha, para pengangguran ini juga mau tidak mau melakukan shuukatsu kembali untuk mendapatkan pekerjaan baru.

10 thoughts on “Shuushoku Katsudou – Aktivitas mencari pekerjaan

    • Aku sendiri belum kerja, cm tau dr wawancara kemarin. Katanya sih hak dan kewajiban kita termasuk pajak disamakan dgn karyawan jepang (tentu saja kalau statusnya karyawan tetap, bukan part-time atau kontrak). Hanya saja dengar2 dr para senior, ada pajak warga negara yg juga dipotong dr gaji plus tunjangan pensiun (total potongan pajaknya di paket gitu lho).

      Kalau kita bukan WNJ dan gak bakalan pensiun dan tinggal di Jepang di hari tua, tentu hal ini terasa berat bukan? Namun, yang duit pensiun itu katanya bisa diambil kalau kita pulang ke negara masing2, hanya saja ada potongan pajaknya. Info yg kudapat beda2 tentang persentase charge untuk biaya penarikan uang pensiun. Salah satu kenalanku malah pernah memakai jasa pengacara untuk mengurusi pension refund. Gak tau total potongan biaya penarikan uang pensiun plus bayar pengacaranya.

      disini ada sedikit info ttg pajak di jepang

  1. 😯 KAWAKUBO!!!

    btw, pernah baca cerita seperti ini. orangnya sampe stress lantaran beberapa kali tes lamaran gagal terus.

    btw, kalo belum punya pengalaman kerja (termasuk part-time job) bisa tambah susah nyari kerjanya ya… 😐

  2. Malah sekitar 2 minggu antara waktu setelah kelulusan dan masuk kerja pertama kali, ada istilah 卒業旅行 – Sotsugyou ryoukou (jalan-jalan setelah lulus) untuk refreshing sebelum memulai aktivitas sebagai shakaijin (istilah untuk masyarakat umum).

    Waktu masih kuliah dulu, saya pernah jadi guide untuk mahasiswa Jepang yang main ke Indonesia. Beberapa di antara mereka ada yang dalam rangka Sotsugyou ryoukou ini. Entah kenapa kesannya ini mungkin refreshing terakhir yang bisa dilakukan sebelum memasuki dunia kerja. Segitu beratnya kah dunia kerja di Jepang? 😕

  3. Orang Jepang yang ingin bekerja setelah lulus sekolah biasanya melakukan Shuushoku Katsudou sebelum mereka lulus sekolah, baik itu lulus SMU ataupun lulus dari perguruan tinggi

    …. apa ini bisa diasumsikan bahwa bentar lagi bung Ando-kun lulus? 😆

  4. @itikkecil

    kalau gak tau lagi harus nulis apa, apa yang mau ditulis ya?

    Justru itulah tantangannya :mrgreen:
    Memang sebisa mungkin ditulis hingga titik berada dikolom ujung paling akhir. Kalaupun tak bisa, diusahakan hingga baris dikolom terakhir. Bisa pake trik nulis huruf digedein juga 😆

    @Kurotsuchi
    Kawakubo? ah, avatar di pesbuk yah? menarik yah, gambarnya mirip sama lambrtz sih :mrgreen:

    belum punya pengalaman kerja (termasuk part-time job) bisa tambah susah nyari kerjanya ya

    Hmmmm… menurutku itu sih suatu nilai tambah, tapi belum pengalaman kerja jg bukan halangan untuk mendapatkan pekerjaan bagus. Lagipula walaupun hampir sebagian besar mahasiswa Jepang pernah kerja part-time, masih ada juga koq yang gak pernah part-time. Lihat kondisi keuangan si mahasiswa juga tuh.

    @rukia
    Ribet atau tidak tergantung kondisi dan kebiasaan. Jaman sekarang kalau mau ngelamar kerja di Indonesia, kebanyakan surat lamaran ditulis dengan bahasa Inggris bukan? (paling tidak untuk menunjukkan bahwa si pelamar minimal punya kemampuan komunikasi dua bahasa). Di Jepang, seluruh entry sheet ditulis dengan huruf Jepang (kanji dan kana). Mungkin bagi mahasiswa Jepang yang kurang menguasai bahasa Inggris justru menganggap proses nyari kerja lulusan universitas di Indonesia lebih ribet :mrgreen:

    @felicia
    jadi guide? kerja part-time yah? 😛

    refreshing terakhir yang bisa dilakukan sebelum memasuki dunia kerja. Segitu beratnya kah dunia kerja di Jepang?

    Berat atau tidak sebenarnya relatif. Tapi menjadi shakaijin (panggilan utk masyarakat umum, termasuk yg sudah bekerja) benar2 memiliki gaya hidup berbeda dengan pelajar, baik dari segi membagi waktu maupun masalah tanggung jawab. Mungkin mereka hanya ingin menikmati saat2 main terakhir bersama teman kuliah sebelum berpencar menjalani kehidupan sosial masing2.

    @Zephyr

    bentar lagi bung Ando-kun lulus

    :mrgreen:
    No comment deh kalau soal yang ini. Yang pasti tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya sendiri terhadap lingkungan sekitar.

    • Jika berdasarkan tulisan diatas, mungkin lebih tepat dikatakan bahwa Jepang emang mantab kalo soal keteraturan kayak begini. Untuk proses rekrut karyawan baru aja sistemnya udah di bikin teratur.

Leave a reply to Zephyr Cancel reply